Mekanisme Pendidikan Denmark Jadi Referensi Pendidikan Dunia – Dalam kunjungannya ke sejumlah negara Eropa, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy berpeluang berkunjung Denmark. Mendikbud dan korps-nya memberikan perhatian pada kesuksesan Denmark jadi negara yang sukses tempati posisi kelima paling tinggi dalam IPM di dunia.
IPM atau Human Development Indeks (HDI) ialah pengukur perbedaan dari keinginan hidup, terbuka huruf, pendidikan dan standard hidup untuk semuanya negara penjuru dunia.
Saat sebelum berjumpa Menteri Kebudayaan Denmark, Mendikbud meluangkan bertandang ke Lego Education di Billund, sekitaran 400 km dari Kopenhagen. Lembaga yang dibuat oleh perusahaan bermainan beberapa anak yang berhasil sukses go-international itu, adalah referensi menarik untuk peningkatan pendidikan yang manfaatkan teknologi digital .
Dalam peluang itu, Mendikbud dan korps-nya terima penjabaran dan menyaksikan secara langsung bagaimana pelajar dibawa berpikir inovatif, struktural, dan sanggup meningkatkan kekuatan pribadinya.
Mendikbud berkesan dengan kegiatan bermain sekalian belajar yang sudah dilakukan beberapa anak di situ. Bagaimana beberapa anak bermain sekalian belajar, bekerja secara barisan dengan solid dan inovatif, lalu ambil makanan dan bersihkan tersisa makanan secara berdikari.
“Meskipun materi pelajarannya serius dan cukup berat, tapi dilaksanakan benar-benar menggembirakan. Ini akan membuat watak yang bagus,” katanya.
Baca Juga : 10 Daftar Beasiswa Luar Negeri untuk S1 dan S2 Tahun 2023
Presiden Lego Education, Esben Staerk menjelaskan, faksinya dengan terus-terusan lakukan pengkajian dan pengembangan evaluasi untuk beberapa anak umur 3 sampai 16 tahun. Konsentrasinya, tingkatkan kekuatan pelajar dalam sektor sains, teknologi, teknik dan matematika.
“Kami membuat sumber daya berdasar mekanisme pelatihan dan menyatukan dengan kurikulum dan sumberdaya digital,” terang Esben.
Mendikbud menyebutkan penyatuan mekanisme pendidikan resmi dan non-formal (pelatihan) di Denmark sebagai suatu hal yang memikat. Dengan begitu, tidak ada kesan-kesan diskriminasi jika pendidikan non-formal dinomorduakan, bahkan juga jadi jalan keluar menjawab keperluan ketrampilan tenaga kerja.
Mekanisme itu tercermin dari lawatan di hari ke-2 di Technical Education Copenhagen (TEC) dan Niels Brock Copenhagen Bussiness College. Demikian juga keterangan Sekretaris Tetap Menteri Pendidikan Denmark, Sharon Hartman, yang memperjelas tidak ada pembagian mekanisme pendidikan resmi dan tidak resmi.
Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudyaaan (Kemendikbud) Didik Suhardi sampaikan jika dalam kurun waktu dekat, Indonesia akan selekasnya mengirim pelatih/pelatih guru untuk magang di lembaga-lembaga training terkenal di Denmark itu.
“TEC adalah contoh yang baik sekali bagaimana pendidikan resmi, pelatihan dan korporasi bisa bekerjasama menjawab rintangan dunia industri. Ia adalah kombinasi dari SMK-SMK dan lembaga pelatihan kecil yang selanjutnya jadi referensi pendidikan vokasi yang baik sekali,” ungkapkan Didik Suhardi selesai meng ikuti paparan di TEC.
Kemendikbud tawarkan ke pelajar-siswi di Denmark untuk melamar beasiswa Darmasiswa ke Indonesia. Tahun 2017 sampai tahun 2018 ini tidak satu juga pelajar asal Denmark meng ikuti program belajar Bahasa dan budaya Indonesia itu, walau sebenarnya pada beberapa tahun awalnya ada selalu.
Dikutip dari situs sah Kemendikbud, berikut 5 argumen Denmark pantas jadi referensi pendidikan dunia:
- Bermain sekalian belajar;
- Satukan kurikulum dan sumberdaya digital;
- Penyatuan mekanisme pendidikan resmi dan non-formal;
- Kerjasama dengan korporasi; dan
- Menjaga nilai budaya.
Untuk poin ke-5 ini, Muhadjir menghargai kesuksesan Denmark saat menjaga beberapa nilai budaya. Ini kelihatan dari langkah pemerintahan jaga kelestarian arsitektur bangunan-bangunan tua yang bertahan sampai sekarang ini. Disamping itu, mekanisme pendidikan dan semangat kerja penduduknya memberikan dukungan majunya peradaban, kelihatan dari langkah hidup warga setiap hari.